aaf, mungkin akan membuat anda sedikit bersusah payah untuk membacanya.
Namun yang jelas ketika kita membaca esai pendek ini, mungkin kita akan sedikit tertawa melihat kondisi persepakbolaan kita di masa itu. Berikut isi esai yang tertulis dalam Majalah resmi PSSI berjudul “Majalah Olahraga Edisi November tahun 1937.
dengan memberikan transportkosten pada spelersnja. Ingin menjadi kampioen memang baik dan seharoesnja. Tetapi djagan menjimpan bibit penjakit, jang soesah diobatinya. lebih tjelaka tidak berani mendjalankan sesoeatoer peratoeran djang haroes didjalankan.Proffesional atau Beroepsvoetballer?Beroepsvoetballer atau prof, ialah seseorang voetballer, jang hidoepnja dari pemainan bal. Karena permainannja bal ito, ia dapat gadjih. Djadi penghidoepannja dari main bal. Pada ini wektoe di Indonesia soedah ada tjontonja, ialah Miss Riboet eftal. Orang-orang itoe hidupnja meloeloe dari permainan bal. Eftal Miss riboet itoe kaoem boeroeh, pekerdjaanja main bal. Madjikannja ialah toean Theo, Directeur Eingenaar Miss Riboet.Apa sebabnja kita tegen pada prof voetballer. Dipandang sepintas laloe, kita disalahkan, kita kedjem, kita enz, enz.Sebeloemnja kita mendjawab lebih landjoet, kita madjoekan terlebih dahoeloe pertanjaan kita dibawah ini: Soedah masakkah masjarakat kita oentoek mengandakan beroepsspelers? koetkah kita memberi penghidupan pada spelers-spelers itoe? Dan berapa tahoenkan orang bisa main Voetbal dengan baik?Djawabnya: Masjarakat kita masih terlaloe moeda oentoek mengandakan beroepsspelers. Penghargaan publiek masih rendah pada voetbalspel. Boektinja penonton beloem banjak seperti penonton di loear negeri. Sesoeatoe competitie di London sampai dikondjoengi 10.000 penonton. Interstedelijke wedstrijd di kita paling banjak dikoendjoengi 4000 orang (bandoeng dan solo pernah mengalami). Competitie kita biasanja dikoendjoengi 50 gelinti penonton.Apakah eftal Miss robert itoe meloeloe main bal sadja pekerdjaanja, kamipoen masih sangsi djangan-djangan kaloe waktoe malem masih diberi pekerdjaan lain, oempanja poetong kartjis, toekang lajar dan lain-lainja, jang berhoeboengan dengan toenoel. Teranglah disini, jang berhoeboengan dengan tooneel. Teranglah disini kalau kita beloem boleh mengadakan beroepsspelers. Entah belakang hari, tergantoeng pada masjarakat kita.Indirect mengadakan beroepsspelers banjak terdjadi. Oempanja: seorang chief di beurau, germar pemainan bal, lalu lihat seorang voetballer, bintang lapang. Kebetoelan gadjihnja sedikit. Orang itoe, karena permananja bal, laloe dipelet, diberi pekerdjaan, jang gadjihnya lebih besar. Orang itoe laloe pindah pekerdjaan, dan mempertahankan clubnja chefnja. Poen keadaan jang begini, Masyarakat kita beloem bisa meniroe. Banjak terdjadi, pemain PSSI meninggalkan barisannja karena dilain tempat bisa dapat pekerdjaan, jang gadjihnja lebih besar. Siapa jang salah? Boekan pemain itoe, tapi masjarakat kita. Tetapi pemain sematcam ini tidak boleh diseboet beroepsspelers, karena penghidupannja tidak dari pemainan bal. Tjoema, lantaran permainannja bal bagoes, laloe dapat pekerdjaan. Extra diploma.Dus, karena masjarakat kita beloem masak boeat mengadakan beroepsspelers, kita tegen. Bagaimana rasanja, bila soedah tidak terpaki lagi oentoek main bal, kembali kemasjarakat biasa. Seorang voetballer biasanja dipoedji-poedji dan ginding, karena kena tjilaka atau permainannja moendoer, sebab oemoernja naik laloe werkloos. Apa jang akan diboeat?Penoetoep toelisan ini: Koetkanlah azas amateurisme, peganglah tegoeh-tegoeh amateurisme. sport tinggal sport, dan kesehatanlah yang ditoedjoe.
Esai diatas ditulis oleh salah seorang pengurus PSSI, sayangnya tak dicantumkan siapa yang menulisnya. Jujur saya senang dengan kalimat penutup dari esai diatas. “Koetkanlah azas amateurisme, peganglah tegoeh-tegoeh amateurisme” dan keinginan si penulis itu mampu dipegang teguh oleh pengurus PSSI, toh sampai sekarang, meski sudah hidup di era profesionalisme, amateurisme masih hal yang selalu melekat di PSSI.
sumber : panditfootball
No comments:
Post a Comment