Surat Terbuka Untuk Mundari Karya
Dalam wawancara yang tayang di laman bola.com, Mundari Karya mengeluhkan tekanan yang ia rasakan sebagai pelatih kepala Barito Putera.
Pelatih yang pernah membesut Persih Tembilahan dan PSPS Pekanbaru itu diamanahi oleh almarhum H. Sulaiman untuk mempersiapkan pemain-pemain muda dalam tim Laskar Antasari.
Sayangnya, keadaan tak berjalan sebagaimana mestinya. Prestasi Barito Putera di gelaranIndonesian Soccer Championship (ISC) 2016 sungguh buruk. Mundari beralasan bahwa banyaknya pemain muda yang minim jam terbang, membuat posisi ke-15 dari 18 peserta ISC 2016 adalah kewajaran.
Apakah faktor pemain-pemain muda benar-benar menjadi masalah utama bagi Barito Putera? Mundari sendiri mengatakan bahwa hasil yang didapat anak-anak asuhnya masih lebih baik daripada Persija Jakarta. Macan Kemayoran, yang juga getol memainkan pemain muda berada di posisi 17 dari 18 peserta ISC.
Seberapa muda pemain Barito Putera dibanding tim lain?
Barito Putera mendaftarkan 22 pemain di ajang ISC 2016. Pemain termuda adalah M. Riyandi, yang berposisi sebagai penjaga gawang dengan usia 16 tahun, sementara pemain tertua adalah M. Kusen yang berposisi sebagai gelandang dengan usia 39 tahun.
Jika dihitung, usia rata-rata pemain-pemain Barito Putera adalah 25,77 tahun. Rata-rata usia ini masih lebih tinggi jika dibandingkan Bali United yang mendaftarkan 27 pemain dengan rata-rata 23,7 tahun. Juga lebih tua daripada Persija Jakarta yang sama-sama mendaftarkan 27 pemain, dengan rata-rata 24,59 tahun.
Lalu bagaimana soal kesempatan yang diberikan terhadap pemain muda?
Laman resmi Indonesian Soccer Championship mendokumentasikan jumlah pertandingan yang dimainkan oleh setiap pemain. Sayangnya, tidak disebutkan apakah pemain tersebut bermain sebagai pemain utama atau sebagai pemain penganti.
Pun berapa menit yang telah seorang pemain mainkan tak tercatat. Menggunakan data yang terbatas ini, saya mencoba membandingkan bagaimana Bali United, Persija Jakarta, dan Barito Putera memberikan kesempatan pada pemain muda.
Saya menggunakan umur 23 tahun sebagai batasan. Batasan ini diambil mengingat kompetisi kelompok umur paling tinggi di bawah tim nasional senior adalah tim nasional U-23 yang berkompetisi di ajang SEA Games.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa dibandingkan Bali United dan Persija, jumlah pemain muda yang diberi waktu bermain oleh Mundari Karya tak banyak-banyak amat. Sederhananya, Kita dapat menganalisa bahwa tidak ada korelasi antara banyaknya pemain muda yang ditampilkan dengan posisi klasemen.
Bali United, yang memberikan kesempatan paling banyak pada pemain muda (13 pemain), justru paling tinggi posisinya, yaitu di urutan ke-8. Persija, yang memberi waktu bermain pada 10 pemain berada pada urutan ke-17. Sementara itu, Barito Putera, yang memberi kesempatan hanya pada 6 pemain muda berada di urutan ke-15.
Terakhir, Mundari Karya menyinggung bahwa harusnya Barito Mania mendukung langkah tim pelatih dan manajemen untuk mengembangkan pemain muda seperti apa yang Jakmania lakukan.
Namun, barangkali Mundari lupa bahwa Paulo Camargo, pelatih yang menukangi Persija sejak awal kompetisi memilih mundur akibat rentetan hasil buruk. Barangkali benar bahwa tak ada tekanan dari Jakmania, tapi pelatih asal Brasil tersebut sadar diri pada pekan ke-13 setelah hanya mendapat hasil 3 kemenangan, 3 seri, dan 7 kekalahan.
Posisi Persija sejak saat itu diambil oleh Jan Saragih, pelatih Indonesia yang memiliki lisensi kepelatihan UEFA B. Jadi bagaimana Pak Mundari, alasan pengembangan pemain muda terkait terpuruknya prestasi Barito Putera masih valid?
sc http://fandom.id/analisis/opini/2016/09/surat-terbuka-untuk-mundari-karya/
No comments:
Post a Comment